Rabu, 18 Januari 2012

MYNE Puisi - Sakit

Mulutmu bak pedang berkarat

Tak bermakna namun menyakitkan



Tingkahmu seperti maling

mengendap-endap mencuri kabar yang tak pantas kau dengar

lalu menyalak seperti anjing setelahnya



Rupamu?

ah! Tak ada yang pantas dibanggakan

Karena aku lihat sifatmu

yang makin memperparah rupa asalmu



Ingatlah kau, tong kosong! Bukan aku takut padamu

Tetapi aku bukanlah anak kecil

yang akan merengek jika permennya direbut



Tetapi aku adalah pendekar yang akan menunggu waktu tepat

menyerang orang yang telah merebut harga dirinya



Tunggulah sampai saatnya tiba

MYNE Puisi - (Akrostikon)

Ukiran manik meniti kalbu

Nusa terbesit haru, terbesit sendu

Gunung tak berujung turut menantang

Kau, belum berhasil menaklukanku! belum!

Apa daya, badai terlalu kencang disana

Pun ada tujuan disana

Aa

Namun tak jelas

apakah disana juga akan menunggu



Tuhan! tuhan!

EsaMu tak terbantah, tak terhapus

Rayuan sihir tak mampu menaklukan

Dingin tak mungkin kusentuh dia

Asing memandangku jauh

Laut bagai tak berperasaan padaku

Ambillah hatiku ini, Tuhan! Ambillah jika begitu berat

Menuju puncak gunung itu



Hatiku sakit merasakannya

Ada angin meracau masuk dada

Tikaman beribu badai air disini

Itulah yang raga ini rasakan



Kumohon, kumohon padamu Tuhan!

Erangan jiwa ini tak mampu lagi menahan rindu

Cukup satu yang kupinta darinya

Itupun jika ia sudi, Tuhan! jika hatinya tak mati

Lindungan kecil darinya, sangat berarti bagiku

MYNE Puisi - Nyamuk

Aku diburu dan dihajar

Raga kecil ini tak sanggup melawan kalian

Tak sanggup pula lari dari kejaran kawat-kawat listrik



Aku hanya meminta sedikit dari kalian

Aku tak punya uang untuk membeli burger

Aku hanya berbisik meminta ijin

Lalu mengambil hakku jika tak kau bantai aku



Bukan inginku seperti ini

Aku tak ingin dikatakan

Sebagai pembawa kematian bagi kalian



Aku hanyalah raga kecil

Yang tak punya uang

Untuk mampir ke warung padang